Review 12 Angry Men – Film Cerdas!

Pasha Lovarian – Film “12 Angry Men” (1957) karya Sidney Lumet membuktikan bahwa kualitas sebuah film tidak selalu tergantung pada setting lokasi dan efek visual yang megah.

Meskipun hanya berfokus pada satu ruangan tanpa efek visual yang mencolok, film ini berhasil menjadi saya takjub dan tidak heran film ini menjadi sebuah mahakarya fenomenal pada masanya.

Bahkan menurut saya, film ini masih relate dengan masalah di jaman sekarang.

 

 

Format Hitam Putih

Dengan format hitam putih, film ini mengangkat isu ketidakadilan terhadap warga non-kulit putih di Amerika Serikat pada masa itu.

Ceritanya berkisah tentang 12 juri yang harus memutuskan nasib seorang anak yang didakwa membunuh ayahnya sendiri.

Dalam satu ruangan kecil, para juri bersikeras bahwa terdakwa bersalah, kecuali Juri No.8 (Henry Fonda) yang meyakini sebaliknya.

Dialog intens antara mereka membentuk dasar kuat film ini, didukung oleh pengarahan Sidney Lumet yang menggali karakter-karakternya dengan mendalam.

 

“12 Angry Men” Behind the Scenes

 

Meskipun dominan dalam film ini adalah percakapan, film ini tidak membuat saya bosan berkat pacing yang cepat dengan durasi 1 jam 35 menit.

Akting para pemain, termasuk Henry Fonda, Martin Balsam, dan Lee J. Cobb, memberikan nuansa realistis pada karakter masing-masing, sangat natural dan tidak membuat awkward.

 

Juri No.8 yang gigih, Juri No.1 sebagai mediator, dan Juri No.3 sebagai antagonis memberikan dinamika yang kuat dalam film ini.

Meskipun tanpa latar yang megah, “12 Angry Men” membuktikan bahwa kekuatan sebuah film dapat terletak pada dialog, pengarahan, dan akting yang kuat dari para pemainnya.

Comments

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More