Kesan- Light Novel Fate/Prototype: Sougin no Furagumentsu

Halo-halo, ketemu lagi sama saya. Kali ini kita akan membahas tentang Kesan- Light Novel Fate/Prototype: Sougin no Furagumentsu

Sebuah seri yang sepertinya sudah tidak asing lagi, ya, seri Fate memang banyak serinya dan tentu banyai fans-nya juga.

Saya sebenarnya hanya mengikuti Fate seri Realta Nua dan Zero saja, tapi liat LN ini saya jadi tertarik untuk mengikuti seri Prototype juga.

Langsung saja ini dia Kesan- Light Novel Fate/Prototype: Sougin no Furagumentsu


Fate Prototype Fragments of Blue and Silver

Author(s) : Sakurai Hikaru, Type-Moon

Ilustrator : Nakahara

Teaser

Seorang yang bersinar—

Jujur, namun angkuh dan lembut.

Engkau yang berbudi luhur, adil, dan baik hati.

Memandang rendah konflik, namun, engkau tak tertandingi dengan pedang.

Pedang yang bersinar menghapuskan kekejian dan kejahatan.

—Dongeng sang pangeran.

Pada kenyataanya, tidak ada seorang pangeran.

Juga tidak ada artinya mencarinya.

Karena kenyataan jauh lebih dingin dan kejam.

Kami dibesarkan dengan cerita seperti itu.

Oleh orang tua, oleh guru.

Mungkin oleh dunia ini sendiri.

Lihatlah, betapa dinginnya ini, betapa kejamnya ini.

Dunia tekubur dalam warna hitam. Mencoba apa yang kita bisa, tetapi bahkan sesudah itu, hal yang terbaik adalah dunia kelabu.

Tidak ada pangeran maupun kuda putih.

Mimpi dan ilusi yang menyilaukan seperti itu tidak ada di mana pun.

Tapi, kita tahu.

Pangeran itu pasti ada di suatu tempat di dunia ini.

Ya, itu benar—

Kita tahu.

Cahaya  –engkau—ada di dunia ini.

Takdir –engkau—ada di dunia ini.

Terkadang dipisahkan, terkadang bersentuhan. Suuatu hari, bersatu.

Sementara tercabik oleh dunia hitam ini.

Dibalut warna biru dan perak. Pedang yang bersinar lebih terang dari semua ciptaan tangan.

—Engkau akan datang ke sini.

Fate/Prototype

Fragment of Blue And Silver

Source : Shumi Translation


Pembuka

Orang yang mati tidak bisa hidup lagi.

Sesuatu yang hilang takkan dapat kembali lagi.

Tak peduli seberapa hebatnya keajaiban.

Itu hanya akan berpengaruh kepada mereka yang hidup di masa sekarang.

Kebangkitan Istana Suci.

Sambutan Kerajaannya.

Dari luar, gelombang pengembara, tujuh kepala dan sepuluh mahkota akan muncul.

Yang berdosa.

Namamu adalah musuh.

Keinginanmu adalah keserakahan.

Berkatmu menjadi hujatan yang keluar dengan amukan keras.

Atas dasar keajaiban alam semesta ini.

Di sini, dengan jalan kontradiksi, cinta tuan yang lenyap harus dibuktikan.

Source : Shumi Translation


Chapter 2 - Di sini, di mana bakal kekacauan terjadi

“—Silakan nikmati makanannya.” Ia berkata, cahaya pagi bersinar terang di belakangnya.

Berdiri di depan jendela timur, ia menyajikan meja makan yang dipenuhi dengan berbagai hidangan, suaranya lebih tenteram daripada burung-burung yang berkicau di luar, tingkah lakunya pendiam jika tidak malu-malu.

Ia adalah gadis yang cantik.

Sinar matahari masuk melalui celah-celah rambutnya yang lembut.

Matanya pucat dan jernih.

Gaun giok hijaunya jelas menonjolkan fitur menawannya.

Sebuah, bunga mekar yang berseri-seri—

Dia menggambarkan penampilan gadis itu dalam pikirannya.

Jika dia adalah seorang ksatria sopan yang berpengalaman dengan wanita, maka dia mungkin akan bisa memberikan pujian langsung untuk kecantikan gadis itu dan sementara mengungkapkan rasa terima kasihnya untuk banyak hidangan melalui prosa atau puisi.

Tapi, dia harus mengakui bahwa dirinya tidak berpengalaman.

Jadi, dia hanya melihat gadis itu—

“Terima kasih.”

 

Dan segera mengucapkan terima kasih, berharap niatannya datang.

“Ermm, baik ….”

Perilaku gadis itu sangat malu-malu, tapi ia membalas dengan tersenyum.

“Aku tidak tahu seleramu, jadi aku memutuskan untuk membuat apa pun yang muncul dalam pikiranku. Apa aku mungkin membuatnya terlalu banyak?”

“Tidak, saya berterima kasih untuk ini.”

“Jangan memaksakan diri ya? Silakan makan apa saja yang kamu suka ….” katanya dengan tenang.

Suarannya tiba-tiba menghilang.

Itu terjadi saat pandangannya beralih dari dia ke makanan yang disajikan di atas meja.

“Jika kamu memakan semua ini ….”

Ekspresinya ceria seperti peri yang berjemur di bawah sinar matahari,

Seperti bunga yang telah mekar sempurna yang basah oleh embun. Tapi, keindahan itu cepat memudar. Peri menyembunyikan diri dan bunga kembali ke bentuk tertutupnya.

Tatapannya berubah. Ekspresinya tenggelam.

“Kemudian ….”

Mungkin, di hadapan gunungan piring, dia akhirnya kembali ke akal sehatnya.

Tentunya, jumlah makanan ini akan terlalu banyak bagi orang biasa.

Telur – bacon dan telur, telur orak-arik, telur rebus. Masing-masing berjumlah sekitar enam porsi. Telur rebus yang cocok dengan roti panggang juga, berjumlah enam porsi.

Salad – suguhan untuk mata dengan tanaman hijau sebagai dasarnya. Enam porsi.

Daging – sosis panggang dengan jamur putih tebal, juga enam porsi.

Di atas itu, ada juga kue pai yang terbuat dari jeroan sapi, daging, dan jamur. Yang sepertinya baru keluar dari oven.

Gadis itu memberitahunya kalau ia akan membagi kue itu menjadi enam porsi dan untuknya dimulai dengan satu.

Bubur susu juga berjumlah enam porsi. Hidangan kod dan kentang goreng juga ditumpuk dalam tumpukan di depannya.

Untuk hidangan penutup, ada irisan persik dicampur dengan buah prem, dengan itu—

Ada juga scone dan krim dengan jumlah besar yang disejajarkan pada stan kue yang disiapkan untuk setelah makan.

Secara keseluruhan, ini adalah hidangan yang tidak biasa.

Masing-masing nama dari setiap hidangan yang menarik perhatiannya telah diberitahukan oleh si gadis yang berada di depannya.

“Saya tidak masalah dengan jumlah ini.”

“Tapi—“

“Makanan berfungsi sebagai vitalitas ksatria saat mereka turun ke medan perang. Memakan banyak makanan tentu tidak masalah.” Dia berkata sambil tersenyum.

Walaupun langkah itu bertujuan untuk menghibur gadis itu, pada kenyataannya, jumlah makanan ini memang tidak banyak masalah sama sekali, ada beberapa kebenaran pada kata-katanya.

Seorang ksatria yang turun ke medan perang membutuhkan energi yang sangat besar.

Daging, kentang, alkohol – makanan ini akan melapisi saraf seorang ksatria. Itu adalah pemikiran yang masuk akal.

Tapi, semua hal memiliki pengecualian.

Tidak semua anggota Ksatria Meja Bundar akan menyetujui pepatah seperti itu.

Meskipun setidaknya, dia tidak ragu untuk mengatakan semacam itu.

“Itu bukan bohong.”

Dia persumpah pada harga dirinya dan pedangnya.

Untuk tidak pernah membiarkan kepalsuan berada di kata-katanya.

“Saya akan menyantap segalanya yang kamu berikan padaku, Manaka.”

 

Sajyou Manaka—

Itulah nama gadis itu.

 

Beberapa saat setelah sarapan dimulai—

Setelah sekitar separuh makanan menghilang ke mulutnya, kecerian gadis itu pulih kembali. Kebahagiaannya akan menjadi semakin jelas saat dia mengatakan kepadanya bahwa makannya enak.

Kecantikannya dan perasaannya berbunga-bunga kembali.

Senyum dingin hanyut dari bibirnya.

Miliknya, juga miliknya.

“Jadi bagaimana—“ kata gadis itu dengan berseri-seri gembira.

Jika bunga bisa berbicara, mungkin akan terdengar seperti itu.

Itu adalah suara yang layak untuk dinilai. Mungkin gadis-gadis Avalon dulu[1] akan bernyanyi seperti ini juga.

“Secara khusus, aku percaya diri pada rasa ikan goreng yang dicampur dengan krim asam, kamu tahu? Jika Ayaka, yang tidak menyukai makanan berminyak, mengatakan bahwa itu lezat, maka itu pasti benar, ‘kan?”

“Memang, hidangan itu sangat lezat.”

“Fufu, aku senang kamu menyukainya.”

Mata gadis itu tertutup, seakan-akan ia menikmati kebahagiaan.

“Pagi ini, aku mencoba modern … Tidak, tepatnya, aku mencoba membuat sarapan Inggris dalam gaya abad ke-19 hingga ke-20. Aku pikir kalau akan lebih baik untuk mencoba rasa yang lebih akrab.”

“Terima kasih, itu enak.”

“Sungguh?”

“Iya.”

“Sungguh-, Sungguh?”

“Ya, nona. Masakan Anda benar-benar enak.”

Dia mengulangi kata-katanya.

Senyum gadis itu melebar.

“Itu bagus—“

Ia memiringkan kepalanya sedikit, rambutnya berayun mengikuti gerakannya.

Dia juga membalas tersenyum untuk merespon.

Sejujurnya, dia tidak memiliki keakraban dengan konsep “Inggris”.

Namun, pikiran dan perasan gadis itu disampaikan melalui usahanya. Itu sudah cukup.

Sebenarnya, makanannya lezat. Lebih dari yang dia sadari, semuanya berbeda dari yang dia kenal dimulai dari tata caranya.

Mungkin itu adalah bukti dari bedanya waktu, jika bukan berkat percampuran budaya asing.

Dia bisa merasakan jarak dalam era dari makanan yang dia masukkan ke mulutnya.

Ini pastinya membebani pikirannya, tapi lebih dari itu, dia bersyukur atas perhatiannya.

Gadis itu tidak bisa memahami kenyataan — pikiran, perasaan, keyakinannya.

Terlepas dari itu, dia tidak akan ragu untuk menerima makhluk murni dan tak berdosa seperti itu.

Ia sama sekali tidak merasakan ketegangan pertempuran yang akan datang, berbicara kepadanya dengan senyuman tidak bersalah yang sesuai dengan usianya.

Dia akan menjawab sambil tersenyum.

Lalu—

“Hei, Saber.”

“Ada apa?”

Ia memanggil namanya.

Saber menatap ke arahnya.

“Aku telah memahami satu hal pagi ini. Sebenarnya, aku telah yakin bahwa aku selalu memahami ini.”

Gadis itu mengangguk pada dirinya sendiri.

“Intinya, sama dengan memasak.”

Sebelum dia bisa bertanya, “Apa itu?”. Bibir cerinya terbuka untuk berkata lagi.

Dengan lembut, tanpa perubahan nada, seolah-olah itu adalah sikap alami.

Seakan itu adalah cangkir yang isinya kosong saat diserahkan.

“—Metode untuk Perang Cawan Suci.”

“Memasak, Perang Cawan Suci, itu semua sama.”

Gadis itu melanjutkan.

Dengan ceria—

Seperti bunga yang telah mekar sempurna, tanpa sedikit kesuraman.

“Jika itu menghabiskan banyak waktu, maka kita hanya perlu menggunakan pikiran kita agar tidak membuang waktu. Rebusan mungkin akan terus bergetar karena mendidih, tapi apakah itu tidak akan mudah diselesaikan dengan menggunakan panci presto? Seperti halnya dengan mixer dan oven listrik.”

Ia menaikkan jari telunjuknya.

Gerakan itu seolah-olah meniru seorang anak kecil yang mendapat sebuah inspirasi.

Tidak, itu bukan tiruan. Gadis muda di depannya, kelihatannya telah menemukan ide yang bagus.

Hanya dalam beberapa saat, dia mulai mengerti.

Gadis yang polos.

Gadis yang tidak berdosa.

Di matanya, sarapan pagi ini dan Perang Cawan Suci memiliki nilai yang sama.

Apakah itu karena ketidaktahuannya dengan kekuatan besar berdasarkan pengalamannya yang dangkal; sebuah ekspresi tidak bersalah yang gagal memahami tingkat kekejaman Perang Cawan Suci?

Atau apakah itu pernyataan yang dibebankan oleh bakat dan kemampuannya yang luar biasa?

Kemungkinan besar itu yang terakhir.

Jika ia terpilih sebagai master di usia yang begitu muda, maka itu bisa lebih dari itu.

“Juga, pekerjaan awal diperlukan. Menurutku, aku percaya bahwa mempersiapkannya sebelum terjadi lebih penting daripada apa pun.”[2]

Ia melanjutkan.

Sekarang sesuai dengan pandangannya—

“Setiap servant pasti cukup kuat, jadi mungkin yang paling efisien adalah menargetkan master-nya. Untuk mendapatkan satu langkah lebih jauh, daripada menargetkan master-nya, jika ada kelemahan yang lebih rentan daripada itu, akan lebih efisien untuk menargetkan itu sebagai gantinya.”

Ia melanjutkan.

Kelemahan — Untuk rata-rata ahli sihir, itu pasti adalah garis keturunan mereka. Keluarga. Anak-anak.

 

“Itu sebabnya kita harus menculik anak-anak mereka, atau mungkin membunuh mereka langsung?”

 

Dia berniat untuk tetap diam. Itu, sampai ia mengatakan itu.

Pada titik ini, dia merasa harus menegaskan suaranya. Tapi, itu bukan untuk memberikan taktik atau strategi kepada ahli sihir yang sekarang menjadi master-nya.

Itu hanya—

“Manaka.”

Bahwa dia tidak bisa menahannya lagi.

Agar gadis muda itu bisa menyadarinya tanpa kepura-puraan sama sekali.

Untuk Perang Cawan Suci. Untuk membunuh satu sama lain.

Dia akan melakukan apa pun untuk membunuh enam pasangan lainnya, itu, sudah dia putuskan.

Seperti halnya untuk setiap ahli sihir yang ingin menjadi orang yang terakhir bertahan dalam Perang Cawan Suci.

Terlepas dari perspektif, mereka tidak bisa lepas dari fakta bahwa mereka berpatisipasi dalam konflik dengan kehidupan mereka sebagai taruhannya.

Untuk setiap keinginan mereka, para ahli sihir dan servant akan melalukan apa yang mereka bisa demi kemenangan.

Walaupun demikian—

“Dibutuhkan keberanian untuk berdiri menghadapi pertempuran.”

Dia berdiri dari kursi dan berjalan ke jendela yang cukup jauh dari meja makan.

Dia tidak berencana untuk mengajarkan cara-cara ksatrianya.

Tidak mungkin bagi seorang gadis dari masa kini, yang jauh dari waktunya, akan bisa mengerti.

“Kamu pasti akan mendapatkan keberanian ini.”

Kata-katannya tidak dipaksakan.

Untuk master-nya yang tak lain adalah gadis ini.

“Tapi, kita tidak boleh melibatkan mereka yang tidak terkait. Yang muda, yang tidak berdaya, lebih dari itu.”

Dia berkata pada sosok polos yang terpantul di matanya.

Seolah-olah dia sedang mengajari seorang anak kecil.

Paling tidak, dia akan membimbing gadis muda yang cantik ini jauh dari jalan tidak manusiawi dan berlumuran darah.

Namun—

“Ini semua demi kebaikanmu, Saber.”

Senyumnya tidak goyah.

Seperti bunga yang basah karena embun pagi, bergoyang-goyang di bawah hembusan angin nan sejuk, senyumannya yang tak berubah, menutupi kata-kata kejam dan kata-kata yang dia sampaikan.

Matanya yang bersinar menatap langsung ke arahnya.

“Untuk saya ….”

“Ya, dengan cara ini, kamu tidak akan terluka. Sebagai peringkat satu, tidak ada alasan bagimu untuk kalah dalam perselisihan antar servant, tapi jika demikian, jika kamu ingin terluka dalam pertempuran—“

Gadis itu menggerakan tangannya ke dadanya.

Di atas kerah bajunya.

Jari-jemarinya yang ramping perlahan membuka kancing—

“Aku bisa menahannya. Juga—“

Ia memperlihatkan apa yang ada di balik bajunya.

Kulitnya yang seputih salju, dan pola hitam yang diukir di atasnya.

Seraph, mantra perintah yang terdiri dari tujuh bulu.

 

“Aku tidak ingin menggunakan ini, selamanya.”

 

Dia berucap, singkat, sederhana.

Dia kurang lebih bisa mengerti makna di balik perkataanya.

Dalam konfrontasi antara para servant, mungkin akan ada waktu di mana tidak ada pilihan selain melepaskan energi sihir yang tersegel di dalam mantra perintah ini.

Tidak bisa dibantah bahwa situasi semacam ini mungkin akan muncul.

Gadis ini ingin menghindari itu?

Kenapa — pandangannya seperti bertanya. Lalu kemudian, ekspresi gadis itu akhirnya berubah.

 

—Pipinya membias merah, dengan sedikit hasrat.

—Seperti wanita yang akan mengakui cintanya.

 

“Karena ini hubunganku denganmu.”

 

—Aku tidak ingin melihatmu terluka, bahkan satu goresan pun.

—Untuk sekarang, ini adalah satu-satunya hubungan yang pasti bagiku.

 

Demikian, gumam gadis muda itu—

“Kamu bilang ‘efisien’, ‘kan?”

Dia berbicara sekali lagi.

Ingatannya tepat. Informasi mengenai identitas master lawan yang telah diketahui saat ini, yang mana telah dia dengar dari si gadis dan ahli sihir yang adalah ayahnya kemarin, terukir di pikirannya.

Dia ingat bahwa kepala keluarga penyihir bergengsi Reiroukan, yang diperkirakan akan menjadi master, mempunyai anak gadis yang seumuran dengan gadis muda di depannya.

‘Aku telah bertemu dengannya sebelumnya’, ‘Meskipun aku tidak yakin apa yang ia pikirkan tentangku, ia mirip seperti sesuatu yang disebut teman mungkin’, dia ingat perkataan gadis itu.

Setelah mengatur informasi di pikirannya, dia dengan hati-hati memilih kata-katanya.

Sebagai manusia, dia harus mengambil jalan yang tepat.

Sebagai manusia, dia harus membimbing orang lain menuju yang baik.

“Kamu berkata bahwa kamu akan menargetkan anak-anak dari master lain. Saya tidak ingin kamu melakukan tindakan yang akan membahayakan teman-temanmu.”

“Kamu sangat baik, Saber.”

“Manaka.”

“Semuanya akan baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir.”

“Manusia selalu melakukan kesalahan, tapi kamu cerdas. Bahkan jika kamu tidak memilih jalan seperti itu, saya yakin kamu akan mendapatkan Cawan Suci dan mewujudkan keinginanmu.”

“Ya.”

Ia menganguk dengan tidak jelas—

Ia lalu sekali lagi tersenyum ke arahnya.

“Jika itu demi kamu, aku bersedia melakukan apa saja.”

Itu tidak menggapainya.

Itu tidak bisa menggapainya.

Aku yakin kata-kata itu adalah nasihat, tapi pembicaraan ini tidak berjalan dengan baik. Kenapa?

Dia bisa merasakan kegelisahan yang menggenang di dadanya.

Maka demikian, dia dengan cepat sampai pada suatu kesimpulan. Dia harus menegaskan niatnya.

Itu saja—

“Membunuh orang lain itu bukanlah hal yang baik, Manaka.”

 

 

 

“Mengapa?”

 

 

 

Suara itu, kata-kata itu.

Keduanya terpahat di dadanya bersamaan dengan tekanan kuat.

Tidak ada palu raksasa yang berayun di medan perang, maupun taring naga yang mengiris langit atau menembus bumi yang bisa menyamai ketajaman kata-kata dan perasaan itu.

Selain itu—

Fakta bahwa gadis itu sendiri tidak menyadari ketajaman kata-katanya yang menembus hatinya sama sekali.

Namun dia belum menyerah.

Beberapa saat sebelumnya, ia berbicara dengan gembira. Tentang makanannya. Tentang adiknya.

Maka masih ada harapan.

“Sebagai contoh.”

Dia menyatukan kata-katanya.

Masih terlalu awal. Masih terlalu awal untuk menyerah.

“Waktu yang kamu miliki pagi ini, dengan keluargamu, ayah dan adikmu. Sama seperti itu. Saya yakin itu sama, untuk master keluarga Reiroukan, itu—“

 

“Apa yang membuatmu mengatakan hal itu?”

 

—Sebuah senyuman.

 

“Aku sudah memutuskan untuk membawakan Cawan Suci kepadamu.”

 

—Sepasang mata yang bersinar.

 

“Aku akan mengabulkan keinginanmu, seperti bagaimana kamu ingin menyelamatkan Britania.”

 

—Disertai oleh kecantikan.

 

“Jika untuk tujuan itu—“

 

—Sebuah bunga berseri yang sedang mekar sempurna.

 

“Aku bisa melakukan apa saja. Aku akan melakukan apa saja.”

 

—Gadis itu.

—Melihatnya, dengan senyum yang cerah dan lembut.

[collapse]

Source : Shumi Translation


PV Fate/Prototype


Kesan Pertama

 

Bagi fans atau pecinta Fate pasti mengenal dengan seri ini. Seri yang sebenarnya cital bakal Fate seri dimulai.

Ada beberapa hal yang menarik di sini, dan beberapa kejadian ada di PV di atas.

Di sini yang membuatku tertarik adalah keberadaan karakter bernama Sajou Manaka. Dia master yang sangat kuat dan berbakat sekaligus master dari Saber.

Jika kalian sudah baca Bab 2 di atas, kalian pasti akan mengerti maksudku dengan keberadaan yang menarik di sini.

Ya, dia adalah karakter yang benar-benar gila. Yandere sih jelas, tapi ini mah udah parah banget.

Udah cantik, baik, tapi pas ketemu Saber dia berubah 180 derajat. Cinta memang bikin orang berubah adalah makna yang terdapat di sini hahaha.

Juga seperti biasa, penulisan dan bahasa seri Fate itu berat, pembicaraanya terkadang agak susah dipahami bagi pembaca baru. Tapi itu adalah ciri khas yang unik di seri ini.

Kalian bisa tenang, bab 2 yang aku simpan di atas tidak menyinggung bocoran cerita apa pun, walau itu bab 2 tapi sebenernya bukan sambungan dari bab 1. Jadi aman untuk dibaca.

Dan hal yang menarik lainnya juga berada pada karakter Proto yang kebanyakan laki-laki tampan yang bikin fangirls teriak kegirangan.

Yah memang awalnya Fate seri itu adalah otome game tapi karena ada perubahan ya jadi yang sekarang.

Untuk cerita, jalan cerita di seri Proto sama gelapnya dengan cerita di Fate/Zero. Ya sama kelamnya, ada banyak hal-hal yang tidak manusiawi yang dilakukan master maupun servant.

Aksi sih jangan ditanya, dari VN dan LN emang udah pada bagus penulisannya. Namun yang kurang ya cuma satu, adaptasi anime-nya masih belum ada kabar lagi.

Lalu ada lagi hal-hal yang menarik lainna di LN ini. Namun itu sebaiknya langsung kalian baca saja di situs translasi favorit kalian ya~


Itu saja buat Kesan- Light Novel Fate/Prototype: Sougin no Furagumentsu

Kesimpulannya adalah LN Fate/Proto adalah salah satu seri yang wajib dibaca bagi fans maupun pembaca baru seperti saya.

Walau bahasanya berat, tapi karyanya sangat enjoyable dan dapat dengan mudah diterima kok.

Jadi, sampai jumpa lagi di Laskar Anime Indonesia!

Comments

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More